Nama
: Robbi Sihotang
Dosen :
Buku
: Sejarah Gereja Asia
Pengarang
: DR. Anne Ruck
BAB
I
SEJARAH
GEREJA ASIA
1.
Permulaan
Gereja Di Asia
A.
Timur
Tengah
Antiokhia,
ibukota propinsi Siria, kota ketiga dalam Kekaisaran Romawi, menjadi pusat
penginjilan kepada orang-orang bukan Yahudi. Di kota inilah para pengikut Yesus
untuk pertama kalinya disebut ‘Kristen’. Gereja di Antiokhia menjadi gereja
pengutus bagi perjalanan Paulus dan Barnabas ke propinsi Asia Kecil (Turki).
Gereja di Antiokhia bertanggung jawab atas penggembalaan di daerah tersebut,
sebagaimana tampak pada tujuh puncak surat tulisan Ignatius, Uskup Antiokhia,
ketika ia sedang dibawa ke Kota Roma untuk dihukum mati pada tahun 107 M. Uskup
Antiokhia berkuasa atas daerah di sebelah timur Laut Tengah. Dua negara besar
yang berkuasa atas daerah Timur Tengah pada abad pertama adalah Roma dan Partia
(kemudian disebut Persia). Dalam Kekaisaran Romawi ada beberapa faktor yang
emnolong penyebaran Injil kearah Barat. Hukum dan tata-kenegaraan Romawi (pax Romana ‘Perdamaian Roma’) menjamin
keamanan dan stabilitas.
Daerah-daerah di kawasan timur kurang stabil
dibandingkan dengan Kekaisaran Romawi. Lembah Sungai Efrat, daerah yang
berbatasan dengan Kekaisaran Romawi, tergoncang oleh peperangan antara Roma dan
Partia/Persia. Namun, sistem perhubungan melalui jalan perdagangan (jalan
sutra) dari Siria ke lembah Tigris-Efrat (Irak, Iran), menuju ke Cina, ataupun
melalui arah perjalanan laut dari Mesir ke Arabia dan India sudah baik.
Penyebaran Injil ke Asia mengikuti jalan-jalan perdegangan tersebut. Daerah
timurjuga mempunyai bahasa bersama. Bahasa Siria (Arami), yang dipakai seluruh
Mesopotamia, dan juga orang Yahudi untuk sehari-harinya. Terjemahan Alkitab
dalam bahasa Siria menjadi sarana penginjilan yang penting. Bangsa Yahudi
menjadi jembatan untuk penginjilan di seluruh daerah Timur Tengah.
B.
India
Menurut
Kisah Rasul Tomas, setelah hari
pentakosta kedua belas rasul membuang undi untuk menentukan ke mana setiap
orang diutus untuk mengabarkan Injil. Di India, disuruh membangun istana un tuk
Raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang yang diterima untuk pembangunan istana
diberikan oleh Tomas kepada orang miskin. Tomas menerangkan bahwa ia sedang
membangun istana di sorga bagi Raja Gudnaphar. Raja itu sangat marah
memenjarakan Tomas. Akan tetapi, sesudah Tomas melakukan beberapa mujizat
bersama dengan adiknya Gad menerima ‘tiga tanda meterai kekristenan’, yaitu
urapan minyak, babtisan dan perjamuan Kudus. Tomas berjalan jauh untuk
mengabarkan Injil, sampai ia ditombak mati di bagian di india. Bukti
menunjukkan bahwa seorang yang bernama Tomas pedagang memimpin suatu kelompok
besar, 400 oarng Kristen, mengungsi pada Partia pada tahun 345, pada masa
penghambatan. Sebuah patung perunggu telah ditemukan yang menggambarkan raja
Malabar, Palli-Vanavar, yang meninggal kira-kira tahun 350. Patung raja
tersebut dihiasi kalung dengan lambang salib, dengan teratai di tangahnya
C.
Edessa
Di
antara dua negara besar, Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Partia, terletak
beberapa negara kecil yang berjuang dengan susah payah untuk mempertahankan
kedudukan mereka sebagai negara merdeka. Salah satu negara kecil itu adalah
kerajaan Osrhoene. Ibukotanya adalah Edessa, yang terletak di Sungai Daisan,
anak Sungai Efrat, dekat jalan perdagangan antara Armenia dan padang gurun
pasir di Siria. Edessa adalah kota pertama yang mempunyai gedung gereja.
Orang-orang Kristen di Kekaisaran Romawi masa itu berkumpul di rumah-rumah
jemaat untuk beribadat. Pada akhir abad ke-2 gereja di Edessa sudah mempunyai
klerus. Menurut ajaran Addai, Uskup Edessa yang pertama adalah Addai dan ia
mengangkat Aggai sebagai penggantinya. Aggai, tukang jahit kain sutra di
istana, dibunuh atas perintah anak Abgar, orang yang tidak percaya. Kemudian
Palut ditahbiskan sebagai uskup oleh Serapion, Uskup Antiokhia, menjelang akhir
abad ke-2. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa Uskup Antiokhia berwewenang
atas Gereja Timur pada masa itu. Pada abad ke-3 gereja di Edessa sudah
berkembang dan kuat. Pada tahun 216 kota Edessa direbut oleh Kaisar Caracalla,
sehingga Osrhoene menjadi sebaian Kekaisaran Romawi
D.
Kristologi
dan Soteriologi Gereja Asia Purba
Agama
Kristen lahir di suatu tempat dan pada suatu waktu di mana berbagai kebudayaan
dan kepercayaan bertemu. Akarnya ada dalam agama Yahudi. Dalam
perkembangan teologi Kristen muncul berbagai perbedaan antara Gereja Timur dan
Gereja Barat. Mengenai antara hubungan Allah dan manusia. Gereja Roma berpikir
secara praktis dan etis. Pokok persoalan utama yang dibicarakan adalah
kebenaran; yaitu masalah dosa dan akibat dosa, pertobatan, dan kasih karunia
Allah dalam pengampunan dosa. Yesus dianggap terutama sebagai Juruselamat.
Perjamuan Kudus diberi tempat yang pokok, oleh karena sakramen tersebut
kematian Tuhan Yesus di Kayu salib kita peringati. Orang-orang Kristen Asia
lebih menekankan perasaan dan pengertian daripada kelakuan. Pokok utama bagi
gereja Asia adalah perbedaan antara yang abadi dan yang fana; apa yang
diketahui untuk memperoleh hidup yang kekal.
Kesimpulannya:
kota Antiokhia menjadi pusat pekabaran Injil ke dunia bukan Yahudi.
Sumber-sumber unutk penginjilan di luar Kekaisaran Romawi sebagian bergantung
pada legenda-legenda. Namun, trdisi bahwa Rasul Tomas mendirikan gereja di
India didukung oleh penemuan-penemuan ilmu purbakala lain. Sudah terbukti bahwa
Injil cepat tersebar di lembah Tigris-Efra, dengan perkembangan gereja yang
kuat, yang berpusat di kota Edessa. Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Siria
memainkan peran bermakna dalam perkembangan jemaat. Gereja Asia purba memandang
Kristus dari segi pertentangan antara yang fana dan yang abadi, sebagai Guru
dan Penebus. Pengertian Asia itu dianggap dualistis oleh beberapa tokoh Gereja
Barat, tetapi sekarang diterima sebagai suatu usaha mewujudkan kekristenan
dalam konteks Asia
Pertumbuhan Dan
Penghambatan Di Persia
A.
Gereja
Purba di Partia
Kerajaan
Persia telah menguasai daerah Barat Tengah mulai abad ke-6 sampai abad ke-4 SM.
Persia dikalahkan oleh Aleksander Agung, perintis dinasti Seleucid (Yunani).
Kemudia pada tahun 247 SM bangsa Partia, pengembara-pengembara dari bagian
utara, merebut kekuasaan di Asia Barat Tengah. Disana banyak corak kebudayaan
dan agama yang berbeda-beda. Agama utama adalah agama Zoroaster. Dan masih
banyak penganut-penganut lain. Imam-imam Zoroaster sering merampas rumah orang
Kristen, menangkap dan menyiksa para penghuninya. Pada tahun 160 Uskup Abraham
pergi ke Ktesiphon, ibukota Kekaisaran Partia, dengan tujuan memohon agar
kaisar mengeluarkan edik melarang penyiksaan orang Kristen oleh imam-imam.
Meskipun gereja menghadapi penghambatan dari para tokoh Zoroaster, namun
gereja terus berkembang.
B.
Penghambatan
di bawah Kekaisaran Persia
Pada tahun 225 M propinsi Persia
memberontak melawan Kekaisaran Partia. Dalam waktu satu tahun mereka merebut
kekuasaan di seluruh daerah Kekaisaran Partia, dan memproklamirkan Ardasyair
sebagai raja pertama dinasti Sassandi. Dengan peristiwa tersebut mulailah zaman
Kekaisaran Persia yang kedua. Dinasti Sassanid menganggap dirinya sebagai ahli
waris bangsa Media dan Persia.
Mereka mempunyai cita-cita untuk
memulihkan kejayaan Persia yang dulu, dan mempersatukan kekaisaran dalam satu
agama. Pada tahun 226 agama Zoroaster dinyatakan sebagai agama negara Persia.
Pada mulanya gereja tidak mengalami penghambatan, malahan berkembang. Kerajaan
Persia Sassanid meneruskan peperangan melawan Kekaisaran Romawi.
Permusuhan antara Persia dan Roma begitu dahsyat sehingga orang Kristen yang
mengungsi dari Roma karena dianiaya semakin diterima di Persia. Gereja di
Persia maupun di Roma dianggap sebagai satu umat.
Kesimpulannya: Gereja berkembang di
Persia, namun tetap merupakan kelompok minoritas. Agama Zoroaster (agama negara
sesudah tahun 226) mempunyai susunan kepercayaan yang kuat dan hierarki
magus-magus melawan agama-agama lain. Hubungan umat Kristen dengan
saudara-saudara seiman di negara-negara lain menimbulkan kecurigaan, dengan
akibat kebijakan pemerintah terhadap gereja selalu dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah Roma, dan juga oleh baik buruknya hubungan Kekaisaran Persia dengan
Kekaisaran Romawi
Umat Kristen di Persia mengalami
penganiayaan yang pasang surut. Tahun 339-379 merupakan puncak penganiayaan.
Penganiayaan kali ini sampai-sampai melemahkan gereja. Meskipun demikian,
gereja bertahan, sampai akhirnya pada tahun 410 diberi status minoritas resmi
dalam negara bukan Kristen.
Gereja di Persia mengembangkan suatu
identitas yang kuat; dengan ciri-ciri teologi bercorak Nestorian, sehingga
akhirnya dikenal sebagai gereja Nestorian; dengan penghargaan tinggi terhadap
hidup beraskese; dan semangat besar untuk mengabarkan Injil ke seluruh
dunia
Gereja Dan Islam
Perluasan agama Islam yang cepat pada
abad ke-7 merupakan tantangan besar bagi Kekristenan di Asia, bahkan yang
terbesar dalam sejarah gereja. Di Arabia dan di Afrika iman Kristen nyaris
musnah. Di Siria dan di Palestina gereja dibiarkan sebagai minoritas resmi
dalam sistem ‘dhimmi’.
Penyerbuan bangsa Turki, bangsa yang
sangat kejam, pada abad ke-11 menambahkan penganiayaan, sedangkan Perang Salib,
dengan tujuan membebaskan Tanah Suci, akhirnya membawa penderitaan dan
memperburuk hubungan Kristen-Islam
Penindasan sosial dan ekonomi di bawah pemerintahan
Islam melemahkan gereja. Penderitaan umat Kristen mencapai puncak yang paling
dahsyat dengan pembunuhan besar-besaran oleh tentara Tamerlan. Akibatnya gereja
Asia hampir hilang, kecuali di Siria, India Selatan dan beberapa jemaat kecil
yang terpencar-pencar di Asia.
Akibat sistim padroado, para pekabar
Injil Katolik datang ke Asia berdampingan dengan penjajahan Portugal.
Fransiskus Xaverius bersama tokoh-tokoh Yesuit lain mempelopori pengabdian
penuh kasih serta metode pengajaran yang sederhana dan pekabar Injil di seluruh
dunia, baik di dalam maupun di luar wilayah jajahan Portugal dan Spanyol.
Di Jepang, Cina dan India misi Yesuit
menghadapi agama-agama asli yang kuat. Mereka berusaha memenangkan orang-orang
terkemuka, pemimpin masyarakat, dengan metode menyesuaikan imannya dengan
kebudayaan Asia. Ordo-ordo lain menuduh Serikat Yesus terlalu sinkretis.
Di Jepang gereja cepat berkembang
sebagai hasil pertobatan beberapa daimyo, lalu masa penganiayaan dahsyat hampir
melenyapkan gereja. Di Cina, Ricci dan pengganti-penggantinya disenangi di
istana, tetapi akhirnya gereja dilemahkan oleh kontroversi mengenai upacara
istiadat Cina, dan penentangan kaum Buddha.
Di India De Nobili berhasil menginjili
beberapa orang Brahmin, tetapi gereja dilemahkan oleh kontroversi mengenai
upacara istiadat Malabar. Dalam setiap pertikaian, keputusan terakhir Gereja
Katolik Roma menolak bahaya sinkretisme atau kompromis dengan agama-agama lain
Misi Protestan Dan
Perkembangan Gereja Di Cina
Dengan menerjemahkan Alkitab ke dalam
bahasa Cina, Robert Morrison meletakkan dasar misi Protestan di Cina. Pada abad
ke-19 Cina terpaksa membuka diri terhadap orang asing dan terhadap perdagangan
candu.
Meskipun para misionaris mencela
perdagangan tersebut, mereka berbondong-bondong masuk Cina bersamaan dengan
imperialisme. Keadaan ini mengakibatkan kekristenan dianggap berkaitan erat
dengan imperialisme
Hudson
taylor dengan badan misinya CIM mengabarkan Injil secara luas di pedalaman
Cina, dengan tujuan agar orang Cina percaya secara pribadi kepada Yesus
Kristus. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat Cina dan mendirikan
gereja asli Cina.
Pada tahun 1905 kurang lebih seperseuluh
orang Protestan Cina telah menjadi Kristen sebagai hasil pelayanan CIM. Di lain
pihak tujuan Timothy Richards adalah mendidik golongan terkemuka, agar
kebudayaan Cina diresapi nilai-nilai Kristen dan alumni perguruan tinggi
Kristen. Wang Mingado memimpin gerakan Kristen Cina yang bersifat asli, yang
bebas dari pengaruh Barat dan tidak bergabung pada dukungan ekonomi Barat. Pada
tahun 1949 kaum komunis menguasai seluruh Cina
Misi Dan Perkembangan
Gereja Di Jepang
Pada abad ke-19 perjanjian-perjanjian
perdagangan membuka jalan bagi pekabaran Injil di Jepang. Orang Jepang ingin
memperoleh teknologi dan pengetahuan Barat, sehingga semakin terbuka terhadap
agama Kristen, bahkan pemerintah mengangkat orang Kristen sebagai pengajar
diperguruan negeri. Dengan datangnya pastor-pastor Katolik Roma, umat Kristen
tersembunyi yang merupakan keturunan jemaat-jemaat yang pertama di Injili 300
sebelumnya, berani manampakkan diri. Meskipun dianiaya, gereja Katolik Roma
berkembang. Nikolai, pendeta konsul Rusia, membangun gereja Ortodoks Rusia di
Jepang .
Gereja-gereja Protestan berhasil diantara
golongan militer, yaitu Samorai, yang tertarik pada konsep pemuridan dan
pengabdian. Orang-orang Skristen Samurai mengadakan pertemuan ditempat salah
seorang guru Kristen, di perguruan tinggi Kristen atau di perguruan tinggi
pemerintah. Kebangunan rohani pada masa 1880-an membuat gereja berkembang
cepat. Beberapa tokoh Kristen Jepang muncul sebagai pemimpin , yang mewujudkan
kekristenan gaya Jepang. Uchimura memimpin gerakan nir-gereja. Pengabdian
Kagawa melayani orang miskin menggerakkan hati nurani masyarakat Jepang.
Meskipun perkembangan gereja di Jepang cukup menggembirakan, namun kehidupan
umat Kristen tidak lepas dair pergumulan. Nasionalisme Jepang yang semakin kuat
berkaitan dengan upacara agama Syinto menyebabkan orang Kristen menjadi bingung
mancari jalan menyatakan kesetiaannya kepada tanah air Jepang, tanpa
membahayakan iman Kristen sejati
Kekristenan
Di Thiland Dan Burma/Myanmar
Baik di Thailand maupun di Burma/Myanmar
agama Buddha berkaitan erat sekali dengan kepribadian suku bangsa utama. Baik
di Thailand maupun di Burma, kekristenan paling berhasil berkembang diantara
suku-suku minoritas, terutama di daerah pegunungan. Akibatnya, di Burma
perjuangan politik suku-suku minoritas dan permusuhan antara suku sering
melibatakan soal agama.
Gereja di Thailand mengembangkan
kepemimpian penduduk asli. Gereja mengalami perkembangan pesat pada tahun
1960-an dan 1970-an, terdorong oleh kerjasama antara gereja dan kampanye
pekabaran Injil bersatu. Kebijakan pemerintah Burma yang suka mengasingkan negerinya
dari dunia mendorong gereja untuk berdiri sendiri dan mengabarkan Injil secara
agresif. Kekristenan berkembang diantara suku-suku pegunungan di mana gereja
mengalami pembaharuan rohani serta gerakan kharismatik. Baik di Thailand maupun
di Burma/Myanmar terjadi polarisasi antara kaum evangelikal dan kaum oikumenis
mengenai misi gereja dan peranan gereja terhadap masyarakat beragama Buddha
Kekristenan
Di Malaysia Dan Singapura
Pendudukan Jepang pada masa perang Dunia
II mendorong baik perkembangan kepemimpinan asli maupun oikumene. Sesuai
perang, dibuka sekolah-sekolah teologi dan didirikan Dewan Kristen Malaysia.
Ancaman Komunis pada masa keadaan darurat mengakibatkan pemerintahan penjajah
Inggris mendukung pekabaran Injil di Perkampungan Baru, dengan hasil banyak
gereja Cina didirikan. Kejadian yang paling menentukan pada masa kini adalah
pembagian Malaya/Singapura menjadi dua negara, Malaysia dan Singapura, dengan
kebijakannya masing-masing. Di Malaysia Islam, yang merupakan agama negara,
semakin bersikap agresif. Umat kristen menjawab ketegangan dengan mengembangkan
kemandirian supaya bebas dari pengaruh Barat, dengan gerakan oikumene dan
dengan gerakan pertumbuhan gereja serta pembaharuan rohani.
Singapura dinyatakan negara sekuler
berdasarkan kebebasan beragama, sehingga lebih terbuka, dengan akibat gereja
bertumbuh pesat. Di Singapura orang Kristen kebanyakan dari golongan muda
berpendidikan tinggi. Baik di Singapura maupun di Malaysia gerekan Kharismatik
berkembang dikalangan orang berpendidikan. Baik di Singapura maupun di Malaysia
Barat golongan masyarakat berpendidikan, terutama orang Cina, paling terbuka
terhadap Injil. Di malaysia Timur suku-suku aslilah yang paling terbuka. Orang
Melayu hampir belum tersentuh kekristenan, malah di Malaysia orang Melayu tidak
boleh beralih agama menjadi Kristen.
Kekristenan
Di Filipina
Sejarah gereja Filipina harus dipahami
dalam konteks pengaruh kuat Amerika, masalah-masalah ekonomi yang semakin
meningkat, masa diktator militer tahun 1972-86 dan pemberontakan kaum Maois
serta kaum Islam. Filipina merupakan negera Katolik. Kebanyakan pennduduknya
beragama Katolik, maka gereja Katolik Roma berpengaruh dilapangan politik. Pada
masa pemerintahan Marcos jumlah orang Katolik yang melawan pemerintah semakin
meningkat. Pada tahun 1986 peranan Kardinal Sin menentukan jatuhnya Marcos dan
pemilihan Corazon Aquino sebagai Presiden.
Umat Protestan terbagi atas empat
kelompok: golongan oikumene (DGNF), golongan evangelikal (DKF), golongan
fundamentalis serta golongan Khrismatik/Pentakosta. Kaum oikumene lebih aktif
mengeluarkan pendapat mengenai isu-isu politik. Gereja-gereja Protestan
bertumbuh pesat sejak tahun 1970-an, dengan pekabaran Injil secara agresif yang
bertumpu pada gereja lokal. Kaum oikumenis dan evangelikal bekerjasama dalam
program penginjilan DAWN. Semangat nasionalisme mewarnai baik gereja Katoliuk
maupun gereja Protestan dan menarik banyak orang masuk gereja Filipin mandiri
ataupun sekta Iglesia ni Cristo.
Misi
Protestan Dan Perkembangan Gereja Di India
Misi Protestan masuk India bersama
dengan negara Inggris, sehingga tidak terlepas dari corak imperialisme,
meskipun pemerintah Inggris bersikap netral terhadap agama. William Carey
menetapkan asas-asas misi yang menjadi dasar bagi misi Protestan: penerjemahan Alkitab,
penelitian mendalam kebudayaan setempat, penginjilan luas dan pembangunan
gereja asli mandiri. Hendri Martyn memberi sumbangan penerjemahan Alkitraab
dengan mutu ilmiah yang tinggi.
Para pekabar Injil bersilisih pendapat
mengenai soal kasta. Alexander Duff mendirikan sekolah-sekolah untuk orang
India berkasta tinggi dengan sebagian menjadi Kristen atau terpengaruh oleh
pemikiran Kristen. Namun pertumbuhan gereja yang utama terjadi dalam lingkungan
kasta rendah. Orang Kristen berkebangsaan India mempunyai peranan yang
menentukan dalam gerekan pertobatan massal; sedangkan para pekabar Injil dari
Barat agak lambat menyambut gelombang orang beralih agama masuk Kristen.
Pada abad ke-20 pendidikan teologi
ditingkatkan. Muncullah beberapa tokoh Kristen yang mengekspresikan
spritualitas Kristiani dalam bentuk kehidupan khas India, misalnya Sundar
Singh, atau dalam bentuk teologi yang diarahkan pada konsep-konsep pemikiran
Hindu.
BAB
II
TANGGAPAN
Sejarah gereja adalah
ilmu sejarah yang memjadikan gereja sebagai menjadi obyek atau sasaran
penelitian. Inti dan hakekeat ilmu sejarah adalah uraian mengenai peristiwa
yang pernah terjadi. Ilmu sejarah mencoba menafsirkan fakta historis,
menetapkan arti dan makna dari apa yang terjadi pada masa lampau, juga dalam
hubungannya dengan peristiwa lain dengan tujuan menciptakan suatu gambaran yang
jelas dan menyeluruh tentang masa yang telah silam. Pokok sejarah gereja
dibedakan dua macam yaitu dengan pendekatan kenyataan empiris dan pendekatan
pandangan theologis mengenai gereja.
Kekristenan lahir di tempat antara Timur
dan Barat, yakni Yerusalem. Dari segi geografis kota Yerusalem terletak
diwilayah Asia Barat, tetapi dari segi polotis merupakan ibukota suatu propinsi
kekaisaran Romawi yang berorientasi ke arah Eropa. Dari sinilah Tuhan Yesus
mengutus murid-murid-Nya menjadi saksi ke Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi.
Masa pertama Gereja di Asia (sampai tahun 1500), menguraikan perluasan
kekristenan pertama ke arah Timur, ke wilayah Timur Tengah, India dan sampai ke
Cina. Orang Kristen Asia adalah orang yang pertama sekali memakai gedung gereja
sebagai tempat beribadah dan yang pertama menerjemahkan Alkitab. Raja Kristen
pertama adalah orang Asia.
Bagian Barat mengabarkan Injil di Asia
(1500-1945), menguraikan sejarah gereja Asia pada zaman misi Gereja Barat.
Periode tersebut merupakan periode yang paling kaya dari segi sumber-sumber
historis, baik sumber primer maupun buku-buku dan lain-lain. Di Asia
kekristenan menghadapi agama-agama dan kebudayaan kuat, yang sulit dimasuki
Injil. Kesulitannya menimbulkan beberapa pertikaian, misalnya mengenai isu
tentang kasta, upacara menghormati nenek moyang dan lain-lain.
Penginjilan diarahkan pada golongaan
masyarakat yang dianggap strategis. Berbeda dengan misi katolik, misi Protestan
mengutamakan penerjemahan Alkitab sebagai langkah pertama pekabaran Injil.
Gereja protestan menekankan Firman Tuhan (sola
scriptura), ditambah lagi
tersedianya Alkitab dalam bahasa setempat, memungkinkan gereja membentuk
teologi kontekstual, tanpa bergantung terus pada hasil penafsiran orang-orang
Barat.
Tujuan misi Protestan adalah menanam
serta mendidik gereja-gereja bumi putra mandiri. Beberapa gereja di Asia,
terutama di Korea dan jepang, dengan cepat mencapai kemandirian ekonomi,
sedangkan di negara lain gereja tetap bergantung pada dana dari luar. Orang
Kristen setempat dipersiapkan jawab atau kekuasaannya.
Perang Dunia II secara dratis
menghentikan “masa remaja” gereja Asia, sehingga dipaksa untuk mencapai
kemandirian. Kekristenan Asia pada periode 1945-90, menguraikan sejarah
gereja-gereja dalam usaha mencapai kemandirian, serta mengembangkan kekristenan
bergaya Asia abad ke-20.
Sejarah Gereja Asia mendapat perhatian
yang semakin meningkat, bukan saja dari pakar misiologi Barat, melainkan juga
dari seluruh gereja, terutama dari orang Kristen Asia sendiri .
Walaupun dalam sejarah timbul pengertian yang salah -- pendapat
bahwa misi adalah tanggung jawab perseorangan dan bukan tanggung jawab gereja,
Perjanjian Baru menunjukkan bahwa tugas pokok tubuh Gereja ialah menyampaikan
berita Ilahi kepada dunia secara gamblang dan efektif, untuk membawa manusia
kepada hubungan yang hidup dengan Kristus oleh iman. Pemeliharaan, penjelasan,
dan komunikasi Kabar Baik yang gamblang dan meyakinkan, beserta dengan maksud
untuk membawa orang-orang kepada pengetahuan tentang Kristus sebagai
satu-satunya Juru Selamat, dan penyerahan yang total kepada-Nya sebagai Tuhan,
merupakan tugas gereja yang tertinggi dan paling utama. Inilah jantungnya misi
Kristen.
Kita bisa menyatakan bahwa misi tidak saja merupakan tugas yang
tertinggi dan utama, tapi juga merupakan jawaban kasih kepada Tuhan dan
tuannya. Bersama Dialah kita rindu melihat domba-domba yang sesat dibawa ke
dalam kandang (Yohanes 10:16), anak yang terhilang kembali kepada Bapanya
(Lukas 15:32), bangsa-bangsa kafir di Injili dan dijadikan murid (Matius
28:18-30), dan Pertuanannya diluaskan sampai ke ujung-ujung dunia (Kisah Para
Rasul 1:8). Tidak dapat disangkal bahwa dalam Perjanjian Baru, Gereja berada di
bagian pusat. Tak dapat disangkal pula bahwa perintah dan tugas misi, harus
menjadi sesuatu yang utama bagi gereja di segala Zaman dan bangsa.
Buku ini sangat baik kepada mahasiswa
sekolah tinggi sebagai bahan studi untuk mata kuliah Sejarah Gereja Asia. Dan
tidak tertutup juga bagi siapa yang berminat untuk memperdalam pengetahuannya
tentang sejarah perkembangan kekristenan di Asia.
BAB III
PENERAPAN
Setelah saya mengamati isi buku ini dan mengambil
kesimpulan bahwa dalam penerapannya perlu kita lakukan adalah Penginjilan. Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja mempunyai hubungan yang sangat
erat, dimana dalam hal ini kedua unsur tersebut berdiri sendiri dan satu sama
lain tidak dapat dicampuradukkan.
Sebuah pertumbuhan dapat kita artikan secara umum disini sebagai
hasil dari suatu usaha pada tindakan tertentu sehingga menimbulkan perubahan
kearah yang lebih kompleks dan berkembang atau banyak.
Gereja tidak berusaha untuk menjalankan penginjilan di tengah
ruangan yang tertutup tetapi keluar ke dunia. Dasar dari perintah untuk
mengkabarkan Injil di dunia adalah Matius 28: 18-20, Yesus mendekati mereka
dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Lalu bagaimana dengan adanya tindakan penginjilan apakah menjadi
bagian utama dari pertumbuhan sebuah gereja ? Tidak dapat disangkal bahwa ada
hubungan yang erat antara penginjilan yang berkembang kearah kebangunan rohani
dengan pertumbuhan Gereja dan hal ini merupakan fakta sejarah. Kajian- kajian
tentang peningkatan jumlah umat Kristen di negeri sendiri dan di dunia ketiga
membuktikan fakta tersebut. Korea, India (Assam, Andhra Pradesh), Indonesia dan
Afrika Timur menjadi saksi-saksi. Ada dua pelaku kebangunan rohani terbesar,
yaitu Southern Baptis (Konvensi Baptis Selatan) dan the Assemblies of God
(Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah) mereka adalah gerakan yang paling cepat
berkembang di seluruh dunia.1 Organisasi Gereja tersebut merupakan
bukti tentang teori kebangkitan pengembangan gereja sezamannya, bahkan seperti
Kitab Kisah Para Rasul yang menjadi kesaksian dari abad pertama tentang bukti
alkitabiah yang kita miliki. Kebangunan rohani diadakan dan disiarkan,
akibatnya terjadi ekspansi gereja Kristen yang luar biasa.
Penginjilan terutama berhubungan dengan perkembangan gereja karena
pertobatan jiwa-jiwa baru. Tetapi, penginjilan juga berhubungan dengan
pertumbuhan gereja secara biologis karena dalam arti yang sesungguhnya
anak-anak dari orang-orang yang telah percaya itu juga perlu diinjili.
Amanat Agung menugaskan Gereja untuk pergi ke seluruh dunia serta
menjadikan sekalian bangsa murid Tuhan (Matius 28:19; Lukas 24:46-48; Kis 1:8).
Alkitab tidak menyuruh Gereja menobatkan dunia, tetapi menginjili dunia.2
Artinya Gereja berutang kepada seluruh dunia. Dewasa ini Tuhan sedang dan terus
terjadi untuk memanggil dari bangsa-bangsa bukan Yahudi suatu umat bagi
nama-Nya (Kisah Para Rasul 15:14) dan tindakan tersebut dilakukan-Nya dengan
perantaraan Gereja dan Roh Kudus-Nya. Hal ini akan berlangsung terus sampai “
jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (Roma 11:25). Tidak
satupun manusia mengetahui kapan jumlah yang dimaksudkan itu tergenapi atau
terpenuhi tetapi hal ini sangat jelas sebagai sasaran yang diinginkan Kristus
yang tegas dan melibatkan Gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar